Rabu, 17 November 2010

autis,hiperaktif mudah dengan Al Qur'an


Segala puji hanya milik Allah SWT yang telah berfirman didalam Kitab-Nya yang muhkam (akurat):

Hai manusia, Sesungguhnya Telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus [10] : 57)

“Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku.” (QS. Asy-Syu’ara’ [26] : 80)

“Dan kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar (obat) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman...”.(QS. Al Isra’ [17] : 82)

Semoga sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada hamba dan utusan-Nya, Muhammad saw yang pernah bersabda:

“Berobatlah, wahai para hamba Allah!, Sesungguhnya Allah tidak menurunkan suatu penyakit, melainkan Dia menurunkan obatnya pula.”(HR. Abu Dawud, Nasa’i, Tirmidzi, dan Ibnu Majah dari jalur sahabat Usamah bin Syarik).

Dewasa ini masalah kesehatan menjadi topik yang cukup hangat dibicarakan, semakin beragamnya jenis penyakit dan semakin banyaknya jumlah penyakit menambah kuat alasan untuk menyinggung masalah kesehatan. Tidak hanya berkisar pada permasalahan fisik belaka, namun juga menyentuh problematika psikis/kejiwaan.

Ø Apakah hal ini merupakan suatu musibah, ujian atau cobaan?.

Ø Bagaimanakah sikap kita, apakah bersabar dan ikhtiar atau malah ingkar terhadap takdir dan qadaNya?

Saya harapkan anda membayangkan atau mencoba sendiri (beberapa jam saja) untuk berperilaku cara berkomunikasi tidak normal. Entah itu diam seribu bahasa, bicara cepat tak henti-hentinya, bicara dengan cara pelat (cedal), bicara tanpa menggunakan suara, berperilaku seperti autis - hiperaktif atau apasajalah yang membuat orang lain tidak mengerti maksud dan tujuan anda yang menarik perhatian itu. Setelah anda mencoba apa yang dirasakan oleh anda :

Ø Enakkah cara anda berkomunikasi seperti itu?

Ø Mengertikah orang lain dengan cara bicara anda?

Ø Apakah berpengaruh terhadap aktivitas anda yang lain?

Mungkin akan lebih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan hal tersebut di atas. Dan bagaimanakah jika hal tersebut terjadi pada lingkungan anda (apakah itu lingkungan kerja, sekolah, pada anak didik anda, tetangga, teman dekat, family dsb, atau mungkin keluarga anda sendiri).

Ø Dapatkah anda berkomunikasi dengannya?

Ø Mengertikah anda dengan maksud dan tujuan yang diucapkannya?

Ø Ada rasa ibakah anda pada mereka yang mengalami gangguan berbicara/berkomunikasi itu?

Ø Pedulikah anda pada mereka?

Terkejut, bingung, cemas, khawatir, belum siap untuk menerima dengan kondisi yang ada, dsb menyatu yang seakan tidak percaya dengan kenyataan yang didengar ketika salah seorang anggota keluarganya didiagnosa “autis – hiperaktif”. Berbagai informasipun dicari, berbagai upaya penangananpun dilakukan, bahkan pengorbanan tenaga dan harta bendapun siap digadaikan demi sebuah harapan kesembuhan “sang buah hati tercinta.

Gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas merupakan keluhan yang sering disampaikan guru maupun orang tua dikarenakan anak tidak dapat diam, terdapat suatu keadaan aktivitas motorik yang berlebihan dan bersifat khronik, serta sulit untuk memusatkan perhatian. Diperkirakan terdapat lebih kurang 3% - 5% pada anak-anak prapubertas dan lebih kecil pada usia selebihnya.

Anak autis – hiperaktif sering juga menderita specific learning disability. Guru dan orang tua sering mengeluh bahwa anak tersebut sering memperlihatkan suatu tingkah laku yang kurang dapat diterima bila diberikan suatu tugas. Anak tersebut baik di rumah atau di sekolah sukar diberi sisiplin oleh orang tuanya maupun oleh gurunya.

Hal ini mungkin disebabkan karena anak tak dapat menjalankan tugas sebagai akibat gangguan belajar.

Richard Lewis menggambarkan seorang anak hiperaktif sebagai berikut: “anak tersebut cenderung hiperaktif, impulsive, apa yang diperbuatnya tidak dapat dicegah”.

Ia cepat berpindah dari satu tempat ke tempat lain disekitarnya yang tidak mudah. Perhatiannya juga cepat berpindah dari satu obyek ke obyek yang lain. Ia selalu seolah-olah ingin tahu, inisiatif banyak tetapi pada umumnya tugasnya tidak dilaksanakan sampai selesai dan terarah.

Leon Eisenberg juga melukiskan gejala hiperaktif. Bila dipandang dari segi motorik anak tersebut selalu bergerak, tidak dapat duduk tenang walaupun sesaat, anggota geraknya selalu menyentuh dan meraba sesuatu yang diperlihatkan olehnya. Oleh karena anak hiperaktif impulsive gerakan yang diperbuatnya selalu kurang atau tidak terkontrol, akibatnya anak sifatnya menjadi destruktuf. Setiap waktu dalam kelompoknya anak hiperaktif menarik perhatian karena menunjukan aktifitas yang berlebihan dan tak terarah. Bila dipandang dalam bidang sensorik, anak hiperaktif mempunyai perhatian yang kurang mudah dialihkan, seolah-olah tidak memperhatikan isyarat dan teguran yang diberikan kepadanya. Perhatian terarah dari satu obyek ke obyek lainya yang disenanginya. Ia berhenti atau beristirahat hanya sesaat saja. Keadaan ini pula yang menyebabkan anak tersebut mendapatkan kesulitan di sekolah. Bila diberikan suatu tugas oleh gurunya sukar sekali bisa dilaksanakan atau diselesaikan. Karena anaknya tersebut mempunyai suatu short span (perhatian pada tugas/obyek hanya berlangsung untuk waktu yang singkat saja). Selain gangguan dalam bidang sensorik motorik Leon Eisenberg selanjutnya menjelaskan bahwa juga ditemui gangguan dalam bidang emosi. Emosi sangat labil, ambang frustasinya sangat rendah. Apabila nilai ambang ini dilampaui dapat menimbulkan kemarahan atau ketakutan yang hebat (panik). Kemarahan itu sering kali dilampiaskan pada manusia atau benda lain yang berada disekitarnya. Banyak anak hiperaktif yang menunjukan gejala depresi dan tingkah laku anti sosial. Bahkan diperkirakan sekitar 25% anak hiperaktif kelak berkembang menjadi anak yang mengalami gangguan tingkah laku.

Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi tidak juga mampu mengatasi semua permasalahan yang ada pada “sang buah hati”. Banyak permasalahan yang tak kunjung mengembirakan setelah dilakukan berbagai penanganan, bahkan banyak pula permasalahan yang justru semakin parah dan timbul permasalahan baru setelah “dicekoki” dengan berbagai macam obat-obatan kimia.

Tidak kalah membingungkan dan menambah keputusasaan orang tua yang karena ketidaktahuan bagaimana cara menanganinya, ketika tidak ada kemajuan yang dicapai dari maraknya iming-iming, janji-janji dan tidakadanya harapan yang diharapkan dari maraknya promosi oleh klinik-klinik, yayasan-yayasan atau lembaga-lembaga yang ujung-ujungnya hanya kedok untuk mencari keuntungan belaka. Konon katanya memiliki tenaga profesional yang dapat menangani anak-anak berkesulitan belajar dan berkebutuhan khusus dengan permasalahan autis – hiperaktif yang berpengaruh pada gangguan bicara.

Akibatnya..., karena tidak adanya kemajuan yang diharapkan tentulah yang dirugikan adalah fihak orang tua yang memiliki “sang buah hati”. Baik dari segi materi, tenaga dan waktu bahkan yang paling dirugikan adalah “sang buah hati” tercinta karena usia semakin bertambah (sadarilah).

Allah SWT Berfirman dalam QS. Ar Rahman [55] : 1-4,

(Allah) yang Maha pengasih. (1)”.

“Yang telah mengajarkan Al Qur’an (2)”.

Dia menciptakan manusia (3)”.

Mengajarnya pandai berbicara (4)”.

Ya, Dialah Allah SWT yang Maha pengasih yang telah menciptakan manusia, menurunkan AlQuran sesuatu yang menjadi penawar (obat) dan mengajarkan manusia agar pandai berbicara.

Atas dasar inilah tergerak hati kami (sebagai tenaga Speech Therapist) memadukan Al Qur’an (ayat-ayat Al Qur’an) – Sunnah dengan Metode Terapi Wicara, yang mana telah menghasilkan formula yang luar biasa, menakjubkan dan sangat cepat (tanpa obat, klenik ataupun syarat/pantangan tertentu yang harus dipenuhi) dalam menangani anak-anak dengan permasalahan autis – hiperaktif yang berpengaruh pada gangguan berkomunikasi (bahasa, bicara, suara dan irama kelancaran). Yang mana hasilnyapun sudah bisa dilihat dan dirasakan dengan nyata oleh keluarga secara langsung yang sampai saat ini telah kami tangani (tanpa maksud menyombongkan J).

Allah SWT Berfirman :

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri”. (QS. Ar Ra’d [13] : 11)

Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”. (QS. An Nahl [16 ] : 43)

Ayo...!!!,

Segera kita tolong mereka dan segera kita informasikan kepada lingkungan kerja, lingkungan sekolah, orang tua anak didik kita, tetangga, teman dekat, family , atau mungkin keluarga kita sendiri dengan kita rubah dan tangani “sang buah hati kita”untuk menjadi lebih baik dengan bertanya kepada yang memiliki pengetahuan kemudian mendapatkan penanganan. Siapa lagi yang peduli “buah hati kita” kecuali diri kita sendiri.

Ingat…!!!,

ü Kami menggunakan Al Qur’an – Sunnah, plus metode Terapi Wicara.

ü Niat kami Ikhlas karena Allah SWT untuk menolong “buah hati anda”, tidak dikomersialkan.

ü Tujuan utama kami agar “buah hati anda” dapat berbicara lebih cepat.

ü Bebas syirik dan bid’ah serta bukan magic, sihir, atau hipnotis.

ü Tanpa obat, klenik, mantra atau syarat tertentu.

ü Tidak ada larangan terhadap makanan tertentu kecuali yang dilarang oleh Allah SWT di dalam Al Qur’an.

( lihat Al baqarah [2] : 173, Al Ma’idah [5] : 3, Al An’am [6] : 145, An Nahl [16] : 115)

ü Infak Terapi keikhlasan anda dengan sistim subsidi silang.

ü Hanya Ridha Allah SWT yaitu ilmu yang bermanfaat.

ü Tetap siap membantu anda yang kurang mampu.

ü Penanganan untuk seluruh umat manusia, tidak membedakan agama, suku, ras atau warna kulit.

ü Beritahukan kepada mereka yang membutuhkan penanganan ini, segera......!

ü Dapat diperbanyak dan disebarluaskan sebagai informasi dan ladang amal ibadah anda.

Alhamdulillah.., hanya karena atas kehendak Allah SWT semua yang kami tangani mengalami kemajuan lebih cepat.

Cobalah sebelum ada kata : “terlambat dan menyesal”.

Anak adalah amanah ...!


INTERVENSI DINI PENANGANAN AUTIS – HIPERAKTIF



INTERVENSI DINI

PENANGANAN AUTIS – HIPERAKTIF

DENGAN MENGGUNAKAN

AL QUR’AN

LEBIH CEPAT

Di tulis oleh : Bibit Sofianah, M.MPd

Setiap keluarga pasti mengharapkan mempunyai anak yang sehat. Namun jika keluarga dihadapkan pada kenyataan bahwa mereka mempunyai anak dengan cacat fisik maupun mental, maka akan terjadi masalah psikososial dalam keluarganya dan lingkungan yang tentunya berbeda bila anaknya normal.

Terkejut, bingung, cemas, khawatir, belum siap untuk menerima dengan kondisi yang ada, dsb menyatu yang seakan tidak percaya dengan kenyataan yang didengar ketika salah seorang anggota keluarganya didiagnosa “autis – hiperaktif”. Berbagai informasipun dicari, berbagai upaya penangananpun dilakukan, bahkan pengorbanan tenaga dan harta bendapun siap digadaikan demi sebuah harapan kesembuhan “sang buah hati tercinta.

Gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas merupakan keluhan yang sering disampaikan guru maupun orang tua dikarenakan anak tidak dapat diam, terdapat suatu keadaan aktivitas motorik yang berlebihan dan bersifat khronik, serta sulit untuk memusatkan perhatian. Diperkirakan terdapat lebih kurang 3% - 5% pada anak-anak prapubertas dan lebih kecil pada usia selebihnya.

Anak autis – hiperaktif sering juga menderita specific learning disability. Guru dan orang tua sering mengeluh bahwa anak tersebut sering memperlihatkan suatu tingkah laku yang kurang dapat diterima bila diberikan suatu tugas. Anak tersebut baik di rumah atau di sekolah sukar diberi sisiplin oleh orang tuanya maupun oleh gurunya. Hal ini mungkin disebabkan karena anak tak dapat menjalankan tugas sebagai akibat gangguan belajar.

Richard Lewis menggambarkan seorang anak hiperaktif sebagai berikut: “anak tersebut cenderung hiperaktif, impulsive, apa yang diperbuatnya tidak dapat dicegah”. Ia cepat berpindah dari satu tempat ke tempat lain disekitarnya yang tidak mudah. Perhatiannya juga cepat berpindah dari satu obyek ke obyek yang lain. Ia selalu seolah-olah ingin tahu, inisiatif banyak tetapi pada umumnya tugasnya tidak dilaksanakan sampai selesai dan terarah.

Leon Eisenberg juga melukiskan gejala hiperaktif. Bila dipandang dari segi motorik anak tersebut selalu bergerak, tidak dapat duduk tenang walaupun sesaat, anggota geraknya selalu menyentuh dan meraba sesuatu yang diperlihatkan olehnya. Oleh karena anak hiperaktif impulsive gerakan yang diperbuatnya selalu kurang atau tidak terkontrol, akibatnya anak sifatnya menjadi destruktuf. Setiap waktu dalam kelompoknya anak hiperaktif menarik perhatian karena menunjukan aktifitas yang berlebihan dan tak terarah. Bila dipandang dalam bidang sensorik, anak hiperaktif mempunyai perhatian yang kurang mudah dialihkan, seolah-olah tidak memperhatikan isyarat dan teguran yang diberikan kepadanya. Perhatian terarah dari satu obyek ke obyek lainya yang disenanginya. Ia berhenti atau beristirahat hanya sesaat saja. Keadaan ini pula yang menyebabkan anak tersebut mendapatkan kesulitan di sekolah. Bila diberikan suatu tugas oleh gurunya sukar sekali bisa dilaksanakan atau diselesaikan. Karena anaknya tersebut mempunyai suatu short span (perhatian pada tugas/obyek hanya berlangsung untuk waktu yang singkat saja). Selain gangguan dalam bidang sensorikmotorik Leon Eisenberg selanjutnya menjelaskan bahwa juga ditemui gangguan dalam bidang emosi. Emosi sangat labil, ambang frustasinya sangat rendah. Apabila nilai ambang ini dilampaui dapat menimbulkan kemarahan atau ketakutan yang hebat (panik). Kemarahan itu sering kali dilampiaskan pada manusia atau benda lain yang berada disekitarnya. Banyak anak hiperaktif yang menunjukan gejala depresi dan tingkah laku anti sosial. Bahkan diperkirakan sekitar 25% anak hiperaktif kelak berkembang menjadi anak yang mengalami gangguan tingkah laku.

Pendidikan anak autis – hiperaktif pada dasarnya meliputi layanan pendidikan awal dan pendidikan lanjutan. Untuk layanan pendidikan awal terdiri dari program terapi intervensi dini dan program terapi penunjang. Bentuk pendidikan yang kedua adalah adalah layanan pendidikan lanjutan berupa kelas transisi atau kelas persiapan dan program lanjutan lainnya seperti program inklusi, program terpadu, sekolah khusus autistik, program sekolah di rumah dan griya rehabilitasi autistik

Program-program intervensi dini memperlihatkan efektifitas dan keberhasilannya masing-masing. Namun, keberhasilan dan efektifitas dari suatu program pada seseorang anak dapat berbeda dan tidak efektif bahkan kontraindikasi bila dilakukan pada anak lain. Seperti salah satu contoh metode Lovaas, orang tua diminta menyediakan 10 jam dari 40 jam terapi setiap minggunya dan orangtua dilatih dalam melakukan prosedur terapi.

Dalam memilih program intervensi dini dan penunjang lainnya sangat menentukan anak autis – hiperaktif untuk bisa mengikuti pendidikan lanjutan atau tidak Seperti yang disampaikan oleh Bibit Sofianah, seorang guru SLB Pembina Lawang-Malang. Hal ini karena untuk bisa mengikuti pendidikan lanjutan anak terlebih dahulu harus bisa duduk tenang, kontak mata, kepatuhan, konsentrasi, meniru, dan mengendalikan emosi. Anak autis – hiperaktif yang mendapatkan program intervensi dini dan terapi penunjang lainnya dipersiapkan secara baik dalam kelas transisi serta mendapatkan kesempatan ikut serta dalam pendidikan lanjutan. Tapi, hal tersebut tentunya harus didukung oleh semua pihak, baik guru, teman-teman sekelas,orang tua mereka, lingkungan dan masyarakat sekitar.

Dari uraian di atas pernahkah kita mendengar, tahu dan berfikir bahkan mencoba bahwa program terapi intervensi dini dan program terapi penunjang pada anak autis – hiperaktif menggunakan Al Qur’an – Sunnah plus Metode-Metode Terapi Wicara?.

Perlu diketahui bahwa sarana pengobatan atau penanganan yang paling agung dan paling bermanfaat adalah Al Qur’an Karim, firman Rabb semesta alam, yang menghubungkan hamba-hambaNya dengan sang pencipta. Telah ditegaskan dalam banyak nash-nash syar’i bahwa Al Qur’an merupakan media penyembuhan yang bermanfaat dan efektif untuk mengobati berbagai penyakit jasmani dan ruhani. Tentu saja syaratnya harus yakin dan tidak tergesa-gesa. Sebagaimana telah terbukti nyata dalam realita kehidupan manusia semenjak zaman Nabi hingga hari ini, dimana banyak umat manusia yang dapat mengambil manfaat melalui pengobatan dengan Al Qur”an ini. Dan juga telah terbukti banyaknya orang yang kondisinya lebih baik, cepat adanya perubahan dari berbagai permasalahan bagaimanapun ragamnya, setelah sebelumnya diduga bahwa permasalahan tersebut tidak bisa ditangani atau menemui jalan buntu dalam penanganannya (termasuk permasalahan autis – hyperaktif ).

Salah satu metode yang keberhasilannya sangat besar, efektif, dan dapat diterapkan pada semua kateristik anak autis – hiperaktif tanpa adanya kotraindikasi adalah dengan Al Qur’an – Sunnah plus Metode-Metode Terapi wicara yang digunakan ungkap Anton Herwanto, AMd.TW, S.Pd seorang Speech Therapy. Bahkan menurutnya lagi Al Qur’an – Sunnah adalah yang terbaik dari metode-metode atau program-program yang ada, karena langsung dari Allah.

Allah berfirman didalam Kitab-Nya yang muhkam (akurat):

Hai manusia, Sesungguhnya Telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus [10] : 57)

“Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku.” (QS. Asy-Syu’ara’ [26] : 80)

“Dan kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar (obat) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman...”.

(QS. Al Isra’ [17] : 82)

Semoga sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada hamba dan utusan-Nya, Muhammad saw yang pernah bersabda :

“Berobatlah, wahai para hamba Allah!, Sesungguhnya Allah tidak menurunkan suatu penyakit, melainkan Dia menurunkan obatnya pula.” (HR. Abu Dawud, Nasa’i, Tirmidzi, dan Ibnu Majah dari jalur sahabat Usamah bin Syarik).

Kapan ayat-ayat Al Qur’an digunakan?

Perlu di ingat anak autis – hiperaktif sangat sulit untuk betah duduk, padahal duduk adalah pintu gerbang bagi anak autis – hiperaktif untuk bisa berbicara/komunikasi, membaca, menulis, dan berhitung. Saat kita fokus intervensi dini dalam program duduk pada anak autis – hiperaktif disitulah ayat-ayat suci al Qur’an kita berikan.

Hasilnya?, Subhanallah…., tidak perlu tenaga yang banyak, tidak banyak kata-kata yang digunakan seperti metode Lovaas, saat itu juga anak sudah mau duduk walaupun anak nangis di tempat duduk karena tidak biasa duduk. Setelah anak autis – hiperaktif mampu duduk beberapa hari langkah selanjutnya adalah latihan bicara yang menggunakan metode-metode Terapi Wicara. Latihan bicarapun tetap masih menggunakan ayat-ayat suci Al Qur’an.

Allah berfirman dalam QS. Ar Rahman [55] : 3-4,

Dia menciptakan manusia.

mengajarnya pandai berbicara.”

Selanjutnya, setelah mampu duduk dan berbicara kita masuk program selanjutnya yaitu latihan membaca, menulis dan terakhir berhitung. Program-program itu semua tetap tidak lepas menggunakan ayat-ayat suci Al Qur’an. Dan.., dengan Al Qur’an diberi kebebasan untuk semua anak autis – hiperaktif untuk memakan makanan apa saja, dengan kata lain “tidak ada larangan terhadap makanan tertentu” kecuali makanan yang dilarang oleh Allah (lihat: Al baqarah [2] : 173, Al Ma’idah [5] : 3, Al An’am [6] : 145, An Nahl [16] : 115).

Setelah dirasakan oleh orang tua bahwa kemajuan putranya yang mengalami autis - hiperaktif sangat pesat kini Bibit Sofianah, M.MPd dan Anton Hewanto, AMd.TW, S.Pd terlihat sibuk dalam menangani anak-anak yang juga tidak hanya mengalami autis – hiperaktif saja.

Ayo siapa yang mau mencoba dengan kedasyatan Al Qur’an?,


 
Free Host | new york lasik surgery | cpa website design